Kamis, 18 November 2010

Kohesivitas

Definisi
Collins dan Raven (1964) : kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok. 
Kohesivitas merupakan kekuatan interaksi dari anggota suatu kelompok. Kohesivitas ditunjukkan dalam bentuk keramahtamahan antar anggota kelompok, mereka biasanya senang untuk bersama-sama. Masing-masing anggota merasa bebas untuk mengemukakan pendapat dan sarannya. Anggota kelompok biasanya juga antusias terhadap apa yang ia kerjakan dan mau mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompoknya. Merasa rela menerima tanggung jawab atas aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kewajibannya. Semua itu menunjukan adanya kesatuan, kereratan, dan saling menarik dari anggota kelompok.
Alat Ukur
1. Ketertarikan interpersonal antar anggota
2. Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
3. Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya (Mc David dan Harary)


Faktor-Faktor
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kohesivitas/kepaduan.
Ø Kesamaan nilai dan tujuan.
Kohesivitas akan terjadi bila anggota kelompok memiliki sikap, nilai dan tujuan yang sama.
Ø Keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan yang penting dapat meningkatkan kesatuan kelompok, kepuasan antar anggota kelompok dan membuat kelompok menjadi lebih menarik bagi anggotanya.
Ø Status kelompok.
Kelompok yang memiliki status atau kedudukan yang lebih tinggi lebih menarik bagi para anggotanya.
Ø Penyelesaian perbedaan.
Jika terjadi perbedaan tentang suatu masalah penting yang terjadi dalam kelompok, maka diperlukan penyelesaian yang dapat memuaskan semua anggota.
Ø Kecocokan terhadap norma-norma.
Norma membantu dan mempermudah dalam meramalkan dan mengendalikan perilaku yang terjadi dalam kelompok.
Ø Daya tarik pribadi.
Kohesivitas atau kepaduan akan meningkat jika terdapat adanya daya tarik dari para anggota yaitu adanya kepercayaan timbal balik dan saling memberikan dukungan. Daya tarik ini berfungsi untuk mengatasi hambatan dalam mencapai tujuan.
Ø Persaingan antar kelompok.
Persaingan antar kelompok yang terjadi dapat menyebabkan anggota kelompok lebih erat dan bersatu dalam melakukan aktivitasnya.
Ø Pengakuan dan penghargaan.
Jika suatu kelompok berprestasi dengan baik kemudian mendapat pengakuan dan penghargaan dari pimpinan, maka dapat meningkatkan kebanggaan dan kesetian dari anggota kelompok.
Ø Pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok.
Ketika anggota kelompok tidak menarik antara satu sama lainnya atau kurang kepercayaan di antara mereka atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dapat menurunkan adanya tingkat kepaduan.
Ø Persaingan intern antar anggota kelompok.
Persaingan intern anggota kelompok menyebabkan adanya konflik, permusuhan dan mendorong adanya perpecahan di antara anggota kelompok.
Ø Dominasi.
Jika satu atau lebih anggota kelompok mendominasi kelompok atau karena sifat kepribadian tertentu yang cenderung tidak senang berinteraksi dengan anggota kelompok maka kepaduan atau kohesivitas tidak akan berkembang. Prilaku seperti itu akan menimbulkan terjadinya klik-klikdalam kelompok yang dapat menurunkan tingkat kepaduan.
Faktor-faktor yang dapat menurunkan tingkat kohesivitas/kepaduan.
Adanya sejumlah faktor yang dapat menurunkan adanya kohesivitas, seperti adanya ketidaksamaan tentang tujuan, besarnya kelompok, pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok dan dominasi.
Ø Ketidaksamaan tentang tujuan.
Ketidaksamaan pandangan tentang tujuan dari para anggota kelompok dapat menimbulkan adanya konflik. Bila konflik yang terjadi tuidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan adanya penurunan tingkat kepaduan.
Ø Besarnya anggota kelompok.
Sejalan dengan bertambah besarnya kelompok, maka frekuensi interaksi di antara anggota kelompok akan menurun. Dengan demikian dapat menurunkan tingkat kepaduan.

Kelompok yang makin kohesif, maka:
  • tingkat kepuasan makin besar
  • anggota merasa aman dan terlindungi
  • komunikasi lebih efektif, bebas, terbuka dan sering
  • makin mudah terjadi konformitas → anggota makin mudah tunduk pada norma kelompok dan makin tidak toleran pada devian.

Sumber:
Handout PSIKOLOGI KELOMPOK Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi

Selasa, 09 November 2010

Masalah-Masalah dalam Kelompok: Groupthink

Groupthink merupakan proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif dimana anggota-anggotanya berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.

Gejala:
1. Pencarian kesepakatan yang terlalu dini
a. Tingginya tekanan konformitas
b. Sensor diri terhadap ide-ide yang tidak disetujui
c. Adanya minguard
Gate keeping : mencegah informasi dari luar agar jangan sampai mempengaruhi kesepakatan kelompok
Dissent containment : mengabaikan mereka-mereka yang memiliki ide-ide yang bertentangan dengan kesepakatan
d. Persetujuan yang tampak

2. Ilusi dan mispersepsi
a. Ilusi invulnerability → kelompok selalu benar dan kuat
b. Ilusi moral
c. Persepsi bias tentang out group → buas, jelek, dll
d. Collective rationalizing

Penyebab:
• kohesi yang ekstrem
• isolasi, leadership dan konflik decisional
• proses polarisasi

Pencegahan:
1. Membatasi pencarian keputusan secara dini
a. meningkatkan open inquiry
b. kepemimpinan yang efektif
c. multiple group → subgroup
2. Mengoreksi mispersepsi dan error
a. mengakui keterbatasan
sumber:
Handout PSIKOLOGI KELOMPOK Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi

Masalah-Masalah dalam Kelompok: Deindividuasi


Deindividuasi merupakan proses hilangnya kesadaran individu karena melebur di dalam kelompok → pikiran kolektif.

Perspektif Teoritis
1. Teori Perilaku Kolektif
Kolektif : kumpulan individu yang lebih daripada skedar agregrat, tapi juga
bukan kelompok sebenarnya
Tipe kolektif:
a. Social Agregrat : collective outburst (riots, mobs, dsb)
b. Collective Movement : organisasi politik, kampanye nasional, dsb

a. Teori Konvergen
Agregrat mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan dan emosi situasi crowd memicu pelepasan spontan dari perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.
b. Teori Contagion (Penularan)
Emosi dan perilaku dapat ditransmisi ‘(ditular)’ dari satu orang ke orang lain sehingga orang cenderung berperilaku sangat mirip dengan orang lain.
c. Teori Emergent-Norm (Perkembangan Norma)
Teori gabungan konvergen – contagion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya kelihatan setuju sepenuhnya dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh pada norma yang relevan dalam situasi tertentu.

2. Teori Deindividuasi

Kondisi                                               
- Anonimity
- Responsibility
- Anggota kelompok                
- Arousal                                 
- Lain-lain (situasi baru, penggunaan obat)

Keadaan Terdeindividuasi
Lost of self – awareness
Lost of self – regulation
- self monitoring ↓
- gagal memperhatikan norma-norma relevan
- sedikit pakai penguat untuk membangkitkan diri
- gagal melakukan rencana jangka panjang

Perilaku Deindividuasi
Emosi yang impulsif, irasional, regresif, dengan intensitas:
- tdk dibawah kendali stimulus
- melawan norma
- pleasurable ↑

Penyebab:
1. Rendahnya identiafibilitas seseorang
2. Rasa keanggotaan dalam kelompok
3. Ukuran kelompok → semakin besar, semakin mudah terdeindividuasi
4. Kebangkitan personil → amarah


sumber:
Handout PSIKOLOGI KELOMPOK Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi

Rabu, 03 November 2010

PROSES DASAR DALAM KELOMPOK : Performing

Menurut Tuckman and Jensen (1977), dalam Shives (1998 : 163) dalam Marquis dan Huston (2006 : 495), salah satu perkembangan kelompok adalah performing (menjalankan) ; struktur interpersonal berfokus pada tugas-tugas. Peran-peran menjadi fleksibel dan berfungsi. Energi diarahkan untuk menjalankan tugas. 


Pada handout Rino A. Nugroho yang berjudul Dasar-dasar Perilaku Kelompok, dijelaskan pula tentang performing, yaitu
  • Dicirikan oleh berfungsinya kelompok
  • Struktur, hirarki dan norma kelompok sudah mapan
  • Kelompok sudah matang.
  • Merupakan tahap terakhir bagi kelompok kerja permanent

Sumber:
Rino A. Nugroho dalam Dasar-dasar Perilaku Kelompok

PROSES DASAR DALAM KELOMPOK : Norming

Menurut Tuckman and Jensen (1977), dalam Shives (1998 : 163) dalam Marquis dan Huston (2006 : 495), salah satu perkembangan kelompok adalah Norming (Pembukaan Norma); anggota kelompok menyesuaikan diri dengan sifat, kehendak, gaya dan kepribadian anggota lainnya sehingga perpecahan dan pertentangan dapat dibatasi dan dihindari.  

Didalam kelompok shutter ini, hubungan antar kelompok sangat erat dan dibutuhkan kerjasama yang baik untuk mencapai tujuan yang maksimum. Kelompok ini memiliki aturan yang sifatnya tertulis dan tidak tertulis yang harus dipatuhi oleh setiap anggota.
Jika tahap-tahap yang dilalui kelompok dalam proses pembentukan kelompok, seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa ternyata kelompok Shutter ini belum mencapai tahap selanjutnya yaitu tahap performing dan tahap adjourning. Karena kelompok ini diantara para anggota kelompok tidak saling merasa ketergantungan, tetapi lebih mengarah kepada hubungan personal antar anggota kelompoklah yang sangat kuat.


sumber:

Minggu, 31 Oktober 2010

PROSES DASAR DALAM KELOMPOK : Overview


Overview Proses Dasar Dalam Kelompok-Tahapan proses dasar yang terjadi dalam kelompok

Tahap Pertumbuhan Kelompok

Manusia baik sebagai individu maupun sebagai mahluk sosial selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhannya itu, manusia melakukan berbagai upaya. Upaya tersebut selalu berpedoman kepada pengetahuan kebudayaan yang dimiliki dan digunakannya untuk mempersepsi suatu obyek yang dihadapinya dan setelah disertai dengan harapan-harapan tertentu terhadap obyek, kemudian ia bertindak sesuatu atau berperilaku tertentu terhadap obyek tersebut, baik berupa benda-benda maupun manusia lain. Hampir tidak ada upaya seorang individu yang tidak bersentuhan atau tidak memerlukan campur orang lain. Oleh karena itu manusia selalu memerlukan kehidupan berkelompok.


PROSES DASAR DALAM KELOMPOK : Storming


TAHAP STORMING : KONFLIK DALAM KELOMPOK
-Munculnya disagreement, pertengkaran dan friksi diantara anggota kelompok yang melibatkan kata-kata, emosi dan tindakan.

A. Tahap-tahap perkembangan konflik:
1. Disagreement
- Perlu segera diindentifikasi disagreementnya:
• Apakah benar-benar ada atau sekedar kesalahpahaman
• Apakah perlu segera ditangani atau terselesaikan sendiri jika benar-benar ada
• Menyangkut beberapa faktor situasional minor

2. Confrontation
- Dua orang atau lebih saling bertentangan → verbal attack.
- Diakhir tahap ini, tingkat koalisi (sub kelompok dalam kelompok) dimana anggota kelompok menjadi terpolarisasi (membentuk blok-blok).

3. Escalation
- Pada tahap ini, anggota kelompok menjadi semakin kasar, suka memaksa, mengancam, sampai pada kekerasan fisik → timbul mosi tidak percaya (distrust), frustasi dan negatif reciprocity.

4. Deescalation
- Berkurang atau menurunnya konflik
- Anggota mulai sadar waktu dan energi yang terbuang sia-sia dengan berdebat

Mekanisme pengolahan konflik:
a. Negosiasi : secara interpersonal sengan asumsi bahwa tiap orang akan mendapatkan keuntungan dengan adanya situasi - distributive issues : negosiasi berhasil, satu pihak puas, pihak yang lain mengikuti karena pihak yang lain itu memiliki power - integrative issues : negosiasi berhasil, kedua pihak merasa puas (win win solution)
b. Membangun kepercayaan : dengan mengkomunikasikan keinginan individu secara hati-hati dan harus konsisten antara apa yang diomongkan dengan perilaku aktualnya

5. Conflict Resolution
- Tiap konflik sampai pada tahap ini, meskipun tidak semua pihak puas akan hasilnya

B. Penyebab konflik :
1. Interdepence
- Tidak semua interdependence menyebabkan konflik, jika:
a. Ada kerjasama antar anggota dalam interdepence shg konflik ↓
b. Ada kompetisi antar anggota dalam interdepence shg konflik ↑
Deutch (1949): - pure cooperation → promotive interdependence : dengan menolong pure competition → contrient interdependence : anggota bisa meraih
tujuannya hanya jika anggota lain gagal memilihnya

2. Influence stategies
- Strategi-strategi untuk mempengaruhi orang lain, ancaman, hukuman
dan negatif reinforcement → meningkatkan konflik

3. Misunderstanding dan misperception

PROSES DASAR DALAM KELOMPOK : Forming

TAHAP FORMING
A. Pandangan Psikoanalisis
Freud : orang bergabung dalam kelompok karena keanggotaan dapat memuaskan kebutuhan dasar biologis dan psikologis tertentu
Ada 2 proses pembentukan kelompok, yaitu:
1. Identifikasi
- Energi emosi individu (libido) diarahkan ke dirinya dan orang lain. Individu menjadikan orang lain (orang tua) sebagai model egonya → EGO IDEAL. Penerimaan orang tua sebagai objek kasih sayang anak akan membentuk ikatan yang kuat → kepuasan melalui sense of belonging, kesalingtergantungan, perlindungan terhadap ancaman luar dan meningkatkan self development.
2. Transferen
- Bagaimana pembentukan kelompok pada masa awal kehidupan individu mempengaruhi perilaku kelompok selanjutnya. Individu melihat pemimpin kelompok sebagai figur otoritas sebagaimana individu menganggap orang tuanya.

B. Pandangan Sosiobiologi
- Menurut pandangan ini, orang bergabung dengan kelompok untuk memuaskan keinginan yang kuat untuk berafiliasi secara biologis.
- Didasarkan teori evolusi dari Charles Darwin : bergabung dengan anggota lain dari satu spesies merupakan ekspresi strategi yang stabil secara evolusioner dan kultural dari individu yang dapat meningkatkan rerata kesuksesan reproduksi.

C. Pandangan Proses Pembandingan Sosial
- Leon Festinger (1950, 1954) : orang membutuhkan orang lain karena mereka membutuhkan informasi tentang diri mereka dan lingkungan mereka dan kebutuhan akan informasi. Ini hanya dapat dipenuhi dari orang lain. Individu membandingkan diri mereka dengan orang lain tentang keyakinan, opini dan sikap mereka → apakah benar, valid, sesuai.

D. Pandangan Pertukaran Sosial
- Model ketertarikan kelompok, dengan mempertimbangkan :
1. Reward
2. Cost → minimax principle (berusaha untuk mendapatkan reward yang sebesar- besarnya dan mengurangi cost yang sekecil-kecilnya).

Kamis, 21 Oktober 2010

Individu Dalam Massa

Menurut Gustave le Ban, massa itu mempunyai sifat-sifat psikologi tersendiri. Orang yang bergabung dalam suatu massa akan berbuat sesuatu, yang perbuatan tersebut tidak akan dilakukan bila individu itu trkadang dalam suatu massa. Sehingga massa itu akan mempunyai daya melarutkan individu dalam suatu massa, malarutkan individu dalam jiwa massa. Seperti dikemukakan oleh Durkheim bahwa adanya individual mind dan collective mind, yang berbeda satu dengan yang lain. Menurut Gustave Le Bon dalam massa itu terdapat apa yang dinamakan hukum mental unity atau low of mental unity (yaitu bahwa dalam massa adanya kesatuan mind, kesatuan jiwa, seperti yang dikemukakan olehnya, sebagai berikut:
Whoever be the individuals that compose it, however like ot unlike be their mode of life, thei occupations, their character, or their intellegiences, the fact that they have been transformed into a crowd puts them in possession of collective mind (Lih, Lindzey 1959)
Sedangkan menurut Allport (Lih Lindzey, 1959) sekalipun kurang dapat menyetujui tntang collective mind, tetapi dapat mamahami tentang pemikiran adanya kesamaan (conformity), tidak hanya dalam hal berfikir dan kepercayaan, tetapi juga dalam hal kepercayaan (feeling) dan dalam perbuatan yang menampak (overt behaviour). Sedangkan Mc. Dougall menekankan pada adanya homogenity dalam panic (escape mob) seperti yang dikemukakannya:
“there is one kind of objecct in the presence of which no man t\remains indifferent and shich evokes in almost all men the same emotion, namely, inpending danger, hence the sudden appearance of imminent danger the characteristic and terrible phenomena of a panic. (Lih. Lindzey, 1959)
Di sampingmsifat-sifat yang telah disebukan di atas massa itu masih mempunyai sifat-sifat antara lain, yaitu:
a. Impulsif, ini beratti massa itu akan mudah memberikan respons terhadap rangsang atau stimulus yang diterimanya. Karena sifat impulsifnya ini, maka massa itu ingin bertindak cepat sebagai reaksi terhadap stimulus yang diterimanya.
b. Mudah sekali tersinggung. Karena massa itu mudah sekali tersinggung, maka untuk membangkitkan daya gerak massa diperlukan stimuli yang dapat menyinggung perassan massa yang bersangkutan.
c. Sugestibel, ini berarti bahwa massa itu dapat mudah menerima sugesti dati luar.
d. Tidak rasional, karena massa itu sugestibel, maka massa itu dalam berindak tidak rasional, dan mudah dibawa oleh sentimen-sentimen.
e. Adanya social facilitation (F. Allport) yaitu adanya suatu penguatan aktivitas, yang disebabkan karena adanya aktivitas individu lain. Perbuatan individu lain dapat merangsang/ menguatkan perbuatan individu lain yang trgabung dalam massa itu. Menurut Tarde disebut imitation, sedangkan menurut Sighele disebut sugestion, dan menurut Gustave Le Bon sebagai Contagion and suggestion, dan dalam suasana ini terdapat suasana hipnotik (Lih. Lindzey, 1959)

Jenis, Penyebab, dan Dinamika Gerakan Massa

Jenis-jenis Gerakan Massa (Danzigers)

1.      Gerakan Massa Progresif
            → merombak norma lama, membentuk norma baru

2.      Gerakan Massa Status Quo
            → mempertahankan norma lama (konservatif)

3.      Gerakan Massa Reaksioner
            → orang yang bersikap untung-untungan
            → lebih lunak/fleksibel, tidak tegas yang penting golongannya tidak dirugikan

Penyebab Gerakan Massa
       Salah satu pandangan berpendapat bahwa manusia itu merupakan individu yang mempunyai dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang pada prinsipnya membutuhkan pemuasan atau pemenuhan. Tetapi dalam kenyataannya tidak semua dorongan atau keinginan itu dapat dilaksanakan secara baik. Dorongan atau keinginan yang tidak memperoleh pelepasan, terdorong dan tersimpan dalam alam bawah sadar, yang pada suatu ketika akan muncul kembali diatas sadar bila keadaan memungkinkan.
       Salah satu pendapat yang dikemukakan oelh Freud bahwa struktur pribadi manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu das es atau the id, yaitu berupa dorongandorongan yang pada dasarnya dorongan-dorongan tersebut membutuhkan pemenuhan, ingin muncul dan ingin keluar. Yang kedua adalah das ich atau the ego, yang merupakan sensor untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya terutama dengan norma-norma. Yang ketiga, yaitu das uber ich atau the super ego, merupakan kata hati yang berhubungan dengan moral baik buruk.
       Dalam kehidupan bermasyarakat adanya norma-norma tertentu yang merupakan pedoman-pedoman yang membatsi gerak atau perilaku anggota masyarakat. Dengan adanya norma-norma itu sebagai anggota masyarakat yang baik tidak dapat berbuat seenaknya. Ini berarti bahwa norma-norma itu berfungsi menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, yaitu menyesuaikan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
       Atas dasar uraian diatas dapat dikemukakan salah satu analisis mengenai perbuatan massa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasarinya, yaitu orang bertindak dalam massa atas dorongan-dorongan yang muncul dari bawah sadar yang semula ditekannya. Karena itu bila banyak hal ditekan merupakan suatu pertanda yang kurang baik, sebab pada suatu waktu dapat muncul dipermukaan bila keadaannya memungkinkan, slah satu bentuk adalah dalam massa.


Proses Dinamika Gerakan Massa
1.      Pemusatan perhatian
2.      Penciptaan suasana kebersamaan
3.      Pusat rasa kagum dan perasaan berada pada suatu massa
4.      Pemimpin membayar massa kemana aktivitas akan massa akan dituju


Sumber : 
Arishanti, K. 2005. "Psikologi Kelompok", Depok: Universitas gunadarma.
Sarwono, S. W. 2005. "Psikologi Sosial" psikologi kelompok dan terapan. Jakarta: PT Balai Pustaka (Persero).

Massa Pasif dan Massa Aktif



Massa menurut Park dan Burgess (Lih. Lindzey, 1959) membedakan antara massa aktif dan massa pasif, massa aktif disebut  mob, sedangkan massa pasif disebut audience. Dalam mob telah ada tindakan-tindakan nyata misalnya dimontrasi, perkelahian massal dan sebagianya. Sedangkan pada tindakan yang nyata, misal orang-orang yang berkumpul untuk menjadi mob, sebaliknya mob dapat berubah menjadi audience.

Sumber:

Massa Abstrak dan Massa Konkrit


Massa menurut Mennicke (1948) mempunyai pendapat dan pandangan yang membedakan antara massa abstrak dan massa konkrit.
Massa abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya pesamaan minat, persamaan perhatian, persamaan kepentingan, persamaan tujuan, tidak adanya struktur yang jelas, tidak terorganisir.
Sedangkan yang dimaksud dengan massa konkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri:
1.      Adanya ikatan batin, ini dikarenakan adanya persamaan kehendak, persamaan tujuan, persamaan ide, dan sebagainya.
2.      Adanya persamaan norma, ini dikarenakan mereka memiliki peraturan sendiri, kebiasaan sendiri dan sebagainya.
3.      Mempunyai struktur yang jelas, di dalamnya telah ada pimpinan tertentu. Antara massa absrak dan massa konkrit kadang-kadang memiliki hubungan dalam arti bahwa massa abstrak dapat berkembang  atau berubah menjadi konkrit, dan sebaliknya massa konkrit bisa berubah ke massa abstrak. Tetapi ada kalangan massa abstrak bubar tanpa adanya bekas.  Apa yang dikemukakan oleh Gustave Le Bon dengan massa dapat disamakan dengan massa abstrak yang dikemukakan oleh Mennicke, massa seperti ini sifatnya temporer, dalam arti bahwa massa itu dalam waktu yang singkat akan bubar.

Sumber:


Definisi Psikologi Massa


Manusia di samping sebagai mahluk pribadi juga sebagai mahluk sosial yang pada suatu waktu juga berhubungan dengan manusia lain, terkadang juga tergabung dalam suatu kelompok baik kelompok kumpulan orang-orang yang cukup besar maupun dalam suatu massa.
Massa (mass) atau crowd adalah suatu bentuk kumpulan (collection) individu-individu, dalam kumpulan tersebut tidak terdapat interaksi dan dalam kumpulan tersebut tidak terdapat adanya struktur dan pada umumnya massa berjumlah orang banyak dan berlangsung lama.
Massa menurut Gustave Le Bon (yang dapat dipandang sebagai pelopor dari psikologi massa) bahwa massa itu merupakan suatu kumpulan orang banyak, berjumlah ratusan atau ribuan, yang berkumpul dan mengadakan hubungan untuk sementara waktu, karena minat dan kepentingan yang sementara pula. Misal orang yang melihat pertandingan sepak bola, orang melihat bioskol\p dan lain sebagainya (Lih, Gerungan 1900).

Sumber:


Sabtu, 16 Oktober 2010

Alasan Individu Masuk Kelompok


Alasan individu masuk kelompok menurut para tokoh

v  Menurut Forsyth :
1.    Pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis
Berkisar sekitar makan,minum,rasa aman,harga diri seseorang, dll.
2.    Meningkatkan ketahanan yang adaptif
Adaptif sendiri berarti mampu menyesuaikan diri dengan alam atau lingkungan sekitar. Dalam hal kelompok kita bisa belajar mandiri didalam kelompok itu sendiri.
3.    Kebutuhan akan informasi
Didalam kelompok tentu lebih banyak informasi yang akan kita peroleh.
v  Menurut Shaw :
1.    Ketertarikan interpersonal
kecenderungan untuk mengevaluasi orang lain dengan penilaian positif secara konsisten
2.    Aktivitas kelompok
Aktivitas yang bisa membuat kita lebih bersosialisasi antar individu, melatih kerjasama tim atau kelompok yang tidak bisa kita lakukan sendiri.
3.    Tujuan Kelompok
Tiap-tiap kelompok pasti mempunyai tujuan yang berbeda masing-masing kelompoknya. Tapi mempunyai tujuan yang sama antar anggota pada setiap kelompoknya.
4.    Keanggotaan kelompok
Keanggotaan kelompok disini biasanya terjalin antara individu yang mempunyai hoby yang sama, tujuan yang sama atau bahkan lingkungan yang saling berdekatan.
5.    Efek instrumental dari keanggotaan kelompok.
kemudahan-kemudahan yang didapat dalam sebuah kelompok.

v  Menurut Robbins (1998) :
1.    Keamanan
Karena kelompok terdiri dari 2 atau lebih orang, pati mempunyai tingkat keamanan yang lebih dibandingkan dengan personal.
2.    Status
Mempunyai status social yang lebih beragam karena terdiri sebagai anggota kelompok tertentu.
3.    Penghargaan diri
Lebih tinggi penghargaan dirinya karena mempunyai jaringan social yang lebih.
4.    Pertalian
Dengan masuknya seseorang kedalam kelompok tertentu, tentu mempererat pertalian antara anggota individu yang satu dengan yang lainnya.
5.    Kekuasaan
Kekuasaan yang akan melatih sifat kepemimpinan setiap individu.
6.    Pencapaian tujuan
Dapat mencapai tujuan adalah kepuasan masal yang didapatkan pada suatu kelompok.

Aktivitas Kelompok


Bekerja/belajar bersama adalah pergaulan antar anggota kelompok, Anda :
* Membangun dan memberikan pendapat untuk suatu tujuan yang sehat
* Menambah pengertian Anda tentang suatu masalah:
pertanyaan-pertanyaan, wawasan dan penyelesaian
* Menanggapi, dan bekerja untuk mengerti pertanyaan-pertanyaan yang lain, wawasan, dan penyelesaian.
Setiap anggota kelompok berwenang berbicara kepada yang lain dan menyumbangkan dan mempertimbangkan sumbangan pikiran mereka.
* Bertanggung jawab terhadap yang lain, dan mereka bertanggung jawab terhadap Anda.
* Tergantung satu dengan yang lain, dan mereka tergantung pada Anda.
Bagaimana membentuk suatu kelompok belajar yang baik?
* Kegiatan kelompok dimulai dengan latihan, dan proses pengertian kelompok.
Seorang pengajar/pelatih memulai kegiatan dengan fasilitas diskusi dan alternatif (pilihan) usulan, tetapi tidak menentukan penyelesaian terhadap kelompok, khususnya mereka yang sulit bekerja dengan kelompok.
* Tiga hingga lima orang
Kelompok yang besar menimbulkan kesulitan untuk mempertahankan keterlibatan masing-masing.
* Pengajar- tugas kelompok
Fungsi tugas kelompok lebih baik daripada tugas mandiri
* Keragaman tingkat kemahiran, latar belakang, dan pengalaman
o Setiap individu memperkuat kelompok
o Setiap anggota kelompok bertanggung jawab bukan saja terhadap sumbangan pikirannya, melainkan juga membantu pengertian yang lain tentang sumber kekuatan mereka
o Anggota yang tidak beruntung dan tidak suka terhadap kebersamaan akan menyumbangkan dorongan wewenang yang proaktif.
o Belajar secara positif dipengaruhi oleh keragaman pandangan dan pengalaman, meningkatkan pilihan di dalam pemecahan masalah, memperluas jarak pertimbangan secara rinci.
* Kesepakatan setiap anggota untuk mencapai tujuan dapat ditentukankan dan dimengerti oleh kelompok
o Penilaian pasangan secara rahasia adalah cara terbaik untuk menaksir siapa yang terlibat atau yang tidak menyumbangkan pikiran.
o Kelompok berhak untuk mengeluarkan anggota yang tidak bekerja sama atau tidak berpartisipasi, apabila semua usaha perbaikan gagal.
(Orang yang dikeluarkan kemudian mencari kelompok yang lain yang menerimanya)
o Individu-individu dapat terhindar kalau mereka yakin mereka melakukan lebih banyak dengan sedikit bantuan dari yang lain.
(Orang ini dapat sering lebih mudah menemukan kelompok lain yang menerima sumbangan pikirannya)
* Membagi prinsip-prinsip tanggung jawab, ditentukan dan disetujui oleh setiap anggota kelompok.
* Semua ini termasuk:
1. Adanya kesepakatan, persiapan dan tepat waktu untuk pertemuan
2. Ada diskusi dan pemusatan perdebatan terhadap pokok persoalan, menghindari kritik perorangan
3. Bertanggung jawab membagi tugas dan melaksanakannya tepat waktu.
Anda mungkin perlu melaksanakan tugas-tugas dengan memiliki sedikit pengalaman, merasa tidak siap, atau bahkan berpikir yang lain dapat melakukan yang terbaik. Menerima tantangan, tetapi bersenanglah dengan keadaan bahwa Anda membutuhkan bantuan, latihan, pembimbing, atau berhenti dan mengerjakan tugas yang lain.
Proses:
* Mengacu pada Penuntun (Pedoman) Proyek Kelompok
* Susun tujuan, tetapkan bagaimana sering dan apa yang akan Anda komunikasikan, kemajuan penilaian, membuat keputusan, dan memecahkan konflik (pertikaian)
* Menetapkan sumber, khususnya seseorang yang dapat menyiapkan petunjuk, pengawasan, nasehat, dan bahkan penengah.
* Jadwal tinjauan kemajuan Anda dan komunikasi untuk mendiskusikan apa yang dikerjakan dan apa yang tidak dikerjakan.
* Kelompok-
kelompok yang bermasalah seharusnya diundang atau perlu dipertemukan dengan instruktur untuk mendiskusikan kemungkinan penyelesaian.

Jumat, 15 Oktober 2010

Efek Instrumental dari Keanggotaan Kelompok

Eefek instrumental keanggotaan adalah bagian dari keanggotaan itu sendiri.Maksud dari efek instrumental ialah suatu komunikasi antar anggota dan pengaruh dari kebersamaan suatu kelompok.Orang banyak akan melihat dari sisi ini karena orang memilih kelompok karena dia merasa sendiri dan ingin berkelompok

Tujuan Kelompok

TUJUAN
TUJUAN (a goal) merupakan hasil akhir yang ingin dicapai individu ataupun kelompok yang sedang bekerja, atau secara ideal, tujuan merupakan hasil yang diharapkan menurut nilai orang-orang. Tujuan kelompok disusun berdasarkan mayoritas individu yang bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan terdiri dari tujuan jangka pendek (shortrange goals) yang merupakan batu loncatan untuk tujuan jangka panjang (long-range goals).

Tujuan merupakan pedoman dalam pencapaian program dan aktivitas serta memungkinkan untuk terukurnya efektivitas dan efisiensi kelompok. Komitmen anggota akan tergantung kepada ketertarikannya terhadap kelompok dan tujuan kelompok. Tingkat resiko dalam pencapaian tujuan kelompok harus ditetapkan dan dipantau secara hati-hati; resiko kegagalan yang moderat lebih memotivasi.

Penetapan Tujuan Kelompok
Dua cara penentapan tujuan kelompok:
1. Dalam pertemuan kelompok, pemimpin kelompok menyampaikan pandangannya tentang tujuan kelompok, kemudian setiap anggota menyampaikan tujuan pribadinya (alasan anggota bergabung ke dalam kelompok). Selanjutnya didiskusikan bersama kelompok, dan memutuskan tujuan kelompok.

2. Pemimpin kelompok mewawancarai setiap anggota kelompok -untuk mengetahui tujuan pribadinya dan menyampaikan pandangannya tentang tujuan kelompok, sebelum pertemuan kelompok yang pertama. Hasil wawancara disampaikan dalam pertemuan kelompok dan didiskusikan untuk menetapkan tujuan kelompok.

Sebuah kelompok akan lebih efektif jika :
1.      Tujuan jelas
2.      Opersional dan terukur.
3.      Anggota melihat tujuan kelompok relevan, dapat dicapai, bermakna, dapat diterima.
4.      Tujuan pribadi dan kelompok dapat dicapai melalui aktivitas dan tugas yang sama
5.      Tujuan dinilai menantang dan memiliki resiko kegagalan yang moderat
6.       Sumber yang dibutuhkan unutk pelaksanaan tugas tersedia
7.      Terdapat koordinasi yang tinggi diantara anggota
8.      Kelompok memiliki suasana yang lebih kooperatif dibandingkan kompetitif

Agar pencapaian tujuan efektif dilakukan:
·        Penetapan tujuan jangka panjang (long-range goals)
ditetapkan dengan ‘term´ yang measurable dan aperational.
·        Penetapan tujuan jangka pendek (short-range goals) dan menyusun prioritasnya berdasarkan kepentingannya dalam pencapaian tujuan jangka panjang

Sumber:

Ketertarikan Interpersonal


Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketertarikan interpersonal:

·        Daya tarik
·        Kedekatan
Kedekatan disini dalam arti dekat secara fisik atau lingkungan. Festinger (1950) menemukan bahwa persahabatan dalam sebuah kompleks perumahan bergantung ada dua faktor, yaitu: seberapa dekat rumah masing-masing dan kearah mana rumah menghadap. Hal yang membuat kedekatan ini terjadi karena:
Ø      Semakin dekat tempat, mungkin bertemu semakin sering.
Ø      Informasi tentang orang-orang yang berada di sekeliling anda lebih mudah didapat.
Ø      Kemungkinan untuk berinteraksi lebih besar
·        Merasa dekat/familiar
Salah satu alasan mengapa kedekatan dapat menciptakan rasa suka karena dapat meningkatkan perasaan familiar.
·        Kemiripan
Salah satu alasan kenapa kemiripan dapat menghasilkan rasa suka karena orang lebih menghargai opini dan pilihan mereka sendiri dan senang bersama orang yang mengabsahkan pilihannya. Walaupun demikian, kepribadian yang berlawanan dapat juga menarik jika saling melengkapi, terutama dalam hal dominasi (Markey, 2007), orang yang dominant akan lebih menyukai pasangan yang seringnya mengalah dan sebaliknya.
·        Social reward
Seseorang cenderung akan mengulangi tingkah lakunya jika mereka mendapatkan penghargaan atau keuntungan.

Sumber: